Di Bontang, Kalimantan Timur ada sebuah perusahaan kaya raya dengan
fasilitas yang luar biasa bagi karyawannya. Penghasilan para pegawainya
berlipat-lipat dibanding dengan perusahaan swasta maupun nasional
lainnya. Tunjangan berupa rumah, mobil, pendidikan anak bahkan makan pun
diberikan.
Beberapa kali saya berkunjung ke sana maka saya hanya berkomentar,
"Betapa beruntungnya mereka yang tinggal dan bekerja di tempat ini!"
Mereka hidup di sebuah komplek yang terisolir dari dunia Bontang.
Pagar-pagar mereka kokoh berdiri dan lengkap dengan petugas keamanan
yang membuat komplek perumahan itu terisolir dari dunia luar.
Penghasilan besar yang mereka dapat, -mungkin sebab sulit untuk
mendapatkan mustahik-, maka kewajiban zakat dan sedekah pun barangkali
tak tersalurkan. Namun meski demikian hal yang menjadi hak Allah adalah
tetap menjadi hak-Nya. Dimana suatu saat Dia pun akan menagihnya.
Sore itu saya diminta bersilaturrahmi dengan sebuah majlis taklim kaum
ibu di sana. Tema yang diminta membuat saya berpikir keras untuk mencari
referensinya. BEROBAT DENGAN SEDEKAH!!! "Darimana saya harus
memulai...?" saya membatin.
Alhamdulillah atas izin Allah Swt ceramah pengantar yang saya berikan
terasa nikmat. Jangankan untuk mereka kaum ibu yang mendengarkannya,
saya sendiri saja merasakan kenikmatan itu. Rupanya Allah Swt memberi
keberkahan pada majlis kami saat itu. Tanpa terasa saya dapati beberapa
'ilmu ladunni' yang Allah berikan. Sehingga saya belajar saat mengajar.
Menjadi mengerti bersama orang-orang yang mencari pemahaman.
Allah mewariskan ilmu yang diketahui seseorang, asalkan ia mengamalkan ilmu yang sudah pernah ia ketahui. (Muhammad Saw)
Usai pembicaraan kurang lebih sekitar setengah jam, maka saya menawarkan
kepada peserta majlis untuk bertanya dan berdialog. Di sana rupanya ada
seorang ibu berusia lebih dari 40 tahun, sebutlah namanya Reni.
Tiba-tiba ia mengacungkan tangan dan ternyata ia bukan hendak bertanya
akan tetapi ia ingin berbagi pengalaman kepada semua peserta yang hadir.
Reni pun memulai kisahnya:
Kira-kira 17 tahun yang lalu Reni hamil untuk pertama kali. Allah Swt
menakdirkan bahwa Reni keguguran. Maka dari Bontang, ia pun diantar oleh
suaminya pergi ke Balikpapan dengan pesawat untuk berobat ke seorang
dokter terkenal di sana bernama Yusfa. Akhirnya Reni dikuret rahimnya.
Sepulangnya dari Balikpapan, Reni mendapati dari qubulnya selalu keluar
darah dalam jumlah banyak. Bahkan lebih banyak dari menstruasi rutin.
Apalagi bila ia bangun tidur, ia dapati kasur dan sprei selalu bersimbah
darah. Ia panik dan kalut mengatasi hal ini. Maka ia pun kembali lagi
ke Balikpapan bersama suaminya untuk berobat ke dokter Yusfa.
Sayangnya sang dokter tidak mengerti sebab pendarahan hebat ini. Maka
yang terjadi adalah kali itu Reni dikuret lagi. Sakit dan perih, itulah
yang dirasakan Reni!
Namun pendarahan itu masih tetap saja terjadi, padahal hampir setiap dua
hari sekali Reni dan suami terbang Bontang-Balikpapan untuk
mengkonsultasikan penyebab pendarahan ini. Namun tindakan yang diambil
oleh dokter Yusfa hanyalah mengkuret rahim Reni. Reni dan suami hanya
bisa pasrah dan berharap pertolongan Allah Swt atas musibah ini.
Kejadian ini berlangsung cukup lama. Hingga tubuh Reni bertambah
ringkih, rumah tangga tak terurus, uang tabungan terkuras dan suami
tidak bisa bekerja tenang sebab harus sibuk mengurusi Reni. Sepertinya
ada sebuah cobaan besar yang sedang Allah Swt timpakan kepada Reni dan
suaminya.
Reni & suami terus berdoa kepada Allah Swt agar diberi jalan keluar dari masalah ini.
Hingga akhirnya Allah Swt pun mendengar dan mengijabah doa mereka
Hari itu Reni dan suami hendak terbang ke Balikpapan untuk berkonsultasi
dengan dokter Yusfa. Namun ada suara hati yang berbisik pada diri Reni.
Ia bawa sejumlah uang dalam jumlah besar. Uang itu bukan ia niatkan
untuk bayar biaya pengobatan, akan tetapi ada sebuah cita-cita mulia di
sana yang ingin ia wujudkan. Cita-cita itu adalah, "AKU INGIN
BERSEDEKAH!" Sejumlah uang itu pun ia masukkan ke dalam tas tangan yang
Reni bawa.
Pesawat telah membawa Reni dan suaminya pergi menuju Balikpapan.
Setibanya di bandara Sepinggan, Balikpapan Reni berjalan tertatih
dipapah oleh sang suami. Dengan susah payah, Reni pun akhirnya tiba di
dalam ruang bandara. Di dalam hati Reni berdoa kepada Tuhannya, "Ya
Allah, datangkan untukku seorang pengemis yang bisa menerima sedekahku.
Izinkan aku untuk bersedekah di hari ini!"
Keinginan untuk bersedekah itu membuncah lagi di hati Reni. Sungguh ia amat berharap untuk bisa bersedekah kali itu.
Pintu keluar bandara sudah dilalui oleh Reni dan suami. Subhanallah,
tiba-tiba ada seorang pria berpakaian lusuh menyapa Reni dan menjulurkan
tangan tanda minta sedekah. Reni bergembira dan yakin bahwa inilah
ijabah doa dari Allah Swt.
Tanpa banyak berpikir, ia merogoh tas tangannya. Sejumlah uang yang
sudah disiapkan ia berikan ke tangan pengemis itu. Maka pengemis dan
suami Reni melongo melihat jumlah uang yang Reni sedekahkan. Reni pun
melanjutkan langkahnya bersama suami dan kemudian mereka masuk ke dalam
sebuah taksi untuk pergi ke rumah sakit tempat dokter Yusfa berpraktek.
"Untuk apa uang sebanyak itu kau sedekahkan?! " tanya sang suami. Reni
menjawab dengan yakin, "Boleh jadi dengan sedekah itu Allah Swt
menyembuhkan penyakitku, Pa!" Mendapati jawaban seperti itu suami Reni
tidak banyak mendebat. Memang di saat-saat seperti ini, hanya
pertolongan Allah saja yang dapat menyelamatkan mereka.
Seperti kali sebelumnya, tidak ada jawaban positif dari dokter Yusfa
atas penyebab pendarahan yang keluar dari qubul Reni. "Hingga saat ini,
saya belum tahu pasti apa penyebabnya" jelas dokter Yusfa.
Maka Reni dan suami pun kembali ke Bontang tanpa hasil memuaskan.
Pendarahan hebat masih terus terjadi dari rahim Reni setiap hari. Reni
hanya bisa bersabar dan pasrah atas takdir yang telah Allah Swt tetapkan
pada dirinya. Pagi itu, Reni tengah berada di dapur untuk membuat
masakan ringan. Tiba-tiba terasa olehnya ada sesuatu yang tidak beres di
perutnya dan ia pun ingin pergi ke toilet. Rasa ingin buang air itu
seperti tak terkendali ... Hingga Reni harus berlari sebab khawatir ia
tak kuasa menahannya.
Atas izin Allah Swt ia kini sudah berada di kamar mandi. Namun hanya
pakaian luar saja yang sempat ia buka, sedangkan pakaian dalam tak
sempat ia tanggalkan. Rupanya ada segumpal daging penuh darah yang
keluar dari qubul Reni dan ternyata ia tidak mau buang air. Segumpal
daging penuh darah itulah rupanya yang membuat Reni terdesak untuk buang
air.
Merasa aneh dengan segumpal daging itu, maka Reni mengambil sebuah
kantong plastik kecil dan memasukkannya ke dalam kantong tersebut. Reni
berpikir bahwa ia harus menanyakannya kepada dokter Yusfa tentang benda
aneh ini.
Pagi itu adalah jadwal Reni berkonsultasi dengan dokter Yusfa. Ia
seperti biasa pergi ke Balikpapan didampingi oleh suaminya. Konsultasi
kali itu, seperti biasa tidak memberikan perkembangan ke arah positif
sama sekali. Hampir saja Reni putus asa dengan keadaan ini.
Namun tiba-tiba ia teringat akan kejadian aneh kemarin pagi. Lalu ia pun
merogohkan tangannya ke dalam tas dan mencari-cari plastik kecil berisi
segumpal daging penuh darah. Ia keluarkan plastik kecil itu dan ia
sodorkan kepada dokter Yusfa. Kejadian aneh kemarin pagi itu diceritakan
oleh Reni kepada dokter Yusfa.
Dokter Yusfa menerima plastik berisikan benda aneh itu. Dahinya berkerut
tanda bahwa ia berpikir keras tentang benda ini. Dan beliau pun
berkata, "Ibu dan bapak mohon tunggu sebentar di sini. Saya akan pergi
ke laboratorium untuk memeriksakan hal ini!"
Saat dokter Yusfa pergi meninggalkan ruangannya, Reni dan suami hanya
berharap bahwa dokter Yusfa akan datang membawa sebuah berita gembira
untuk mereka.
Kira-kira 20 menit kemudian dokter Yusfa datang sambil berlari. Ya
berlari, bukan berjalan! Begitu pintu terbuka dokter pun berteriak
dengan nada keras, "Alhamdulillah bu Reni.... Alhamdulillah. ...!!! Saya
baru mengerti rupanya pendarahan selama ini disebabkan kanker rahim
yang ibu alami... dan benda ini adalah kanker rahim tersebut. Cuma saya
hanya mau bertanya bagaimana cara kanker ini bisa gugur dengan
sendirinya.. .?!"
Subhanalllah. ... rupanya penyebab pendarahan hebat selama ini adalah
sebuah kanker yang tidak dapat terdeteksi. Pertanyaan terakhir dari
dokter Yusfa tak mampu dijawab langsung oleh Reni. Namun Reni hanya
mampu bersyukur kepada Allah bahwa akhirnya pertolongan itu datang juga
untuknya setelah penantian yang cukup lama. Akhirnya pendarahan pun
terhenti begitu saja, dan rupanya pertolongan Allah Swt tiba setelah
Reni bersedekah dengan sejumlah harta yang sudah ia cita-citakan.
"Sembuhkan penyakit kalian dengan cara sedekah. Lindungi harta yang kalian miliki dengan zakat." HR. Baihaqi
Sedekah sungguh sebuah perkara yang mengagumkan. Apakah anda pernah mengalaminya?
Semoga bermanfaat bagi yang membacanya .....
.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar